BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang tertua di Indonesia.
Kelahiran HMI ini dua tahun setelah Indonesia merdeka. Tepatnya pada tanggal 5
Febuari 1947 kelahiran HMI tidak terlepas dari perjuangan Bangsa. Salah satu
tujuan utamanya adalah mengimplementasikan nilai-nilai Ke-Islaman dan segala
aspek Ke-Indonesian. Maka sudah menjadi suatu keniscayaan ketika HMI menjadi
Islam sebagai azas (Landasan Teologis), artinya setiap langkah yang dilakukan
oleh kader HMI harus sejalan dengan apa yang diharapkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Pada realitanya
sekarang banyak kader-kader HMI yang telah mengalami pengikisan Ideologi dan
jati diri. Hal ini disebabkan Nialai-nilai Ke-Islaman tidak lagi me ngkristal
didalam jiwa kader-kader HMI serta ketidak mampuannya menterjermahkan
nilai-nilai ke-Islaman itu sendiri. Dan ini merupakan indikasi bahwa semakin
jauh kader-kader HMI dari Nilai-nilai keislaman. Hal, ini menjadi tanggung
jawab dan PR kita bersama selaku kader HMI dan sebagai Khalifah di atas
permukaan bumi ini. Oleh karena itu, HMI harus mereformasikan agar HMI
betul-betul berazaskan Islam[1]
dan dapat diimplementasikan nilai-nilai Ke-Islaman itu di dalam tubuh dan jiwa
kader-kader HMI dimasa sekarang dan akan datang.
Antara Islam dan
HMI merupakan satu integral yang tidak dapat dipisahkan. Ke-Islaman merupakan
sebuah indentitas yang menjadi pilar serta sandaran perjuangan kader-kader HMI.
Oleh karena itu, praktek Nilai-nilai Ke- Islam harus dipegang teguh oleh HMI
demi cita-cita HMI dan Bangsa yang kita cintai ini. Ada pendapat dan kritikan
yang berkembang sekarang ini terhadap HMI dikarenakan telah jauh dari
nilai-nilai Ke-Islaman. Hal ini tidak perlu kita perdebatkan yang terpenting
sekarang bagaimana kita selaku kader-kader HMI dapat mengembalikan Ruh
Spiritualisme Ke-Islaman kedalam hati, pikiran dan jiwa kader HMI itu sendiri
agar nilai-nilai Ke-islaman kembali mengkristal dan menjadi sandaran bagi
perjuangan HMI selamanya. Untuk mengatasi hal yang demikian dengan salah satu
caranya adalah dengan kembali kepada tradisi Islam profetik, yaitu tradisi
Islam pada saat Kenabian dan pembawa wahyu Islam ada.[2]
Oleh karena itu,
kita harus bisa mengembalikan nilai-nilai Ke-islaman kedalam jiwa setiap kader
HMI itu. Kita harus merefleksi HMI 10 atau 20 Tahun yang lalu, betapa muliannya
dan harumnya nama HMI dimana-mana orang menganggungkan serta keberadaannya
sebagai Prioritas. Itu tidak terlepas dari gerakan-gerakan yang dilakukan
semata-mata karena menjalankan Amanah yang mulia dengan disertai dengan
nilai-nilai Ke-Islaman. Jika ajaran Islam benar-benar dapat kita
Implementasikan maka dengan mudah kita dapat membangun Bangsa ini kearah yang
lebih maju dan dapat merubah peradaban.
Langkah yang
pertama untuk melakukan suatu peradaban adalah dengan adanya pemimpin yang
bermoral serta berakhlaq mulia seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Untuk mewujudkan pemimpin yang berkarakter Rasulullah seharusnya HMI yang
berperan aktif dalam mengimplementasikan ini. HMI selain berperan sebagai
Organisasi perjuangan juga berfungsi sebagai Organisasi kader.[3]
Oleh karena itu, HMI harus bisa mewujudkan peran dan fungsinya ditengah-tengah
masyarakat agar dapat menciptakan Kepemimpinan yang bermartabat, berkedaulatan
dan menjalankan ajaran-ajaran Islam demi terciptanya Bangsa yang berkeadlian
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Mengingat
usia HMI yang sudah 63 tiga Tahun, bukanlah lembaga yang dikatakan masih muda
dan baru berkembang. Namun dibalik usia yang tua itu HMI masih banyak
tugas permasalahan yang belum
dituntaskan, terutama masalah Kepemimpinan yang belakangan ini menjadi sorotan
banyak mata manusia. HMI yang dulu pernah dinobatkan sebagai anak kandung umat
namun sekarang sudah berubah dan menjauh dari kebutuhan umat. Dimana HMI
beserta kader-kadernya sekarang? Masih adakah HMI yang penuh kecintaan terhadap
umat? Masyarakat sekarang sudah merasa jenuh dengan janji-janji, masyarakat
banyak menimbulkan mosi tidak percaya kepada pemimpinnya. Ini yang sebenarnya
perlu kita cermati agar masyarakat mendapatkan kembali kepercayaan dari para
pemimpinnya. Inilah sebenarnya komitmen Ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman. Sebagian
besar Cabang HMI di Indonesia sudah terjadi dekadensi kader dan moral, apakah
tugas kita selanjutnya untuk menjawab ini? Keder-kader HMI banyak yang
kehilangan arah dan tujuannya berorganisasi. Utnuk memperoleh Bangsa yang
bermartabat dan menjunjung tinggi keadilan social maka HMI perlu
memformulasikan karakter kapemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat banyak
dan mensifati sifat Kepemimpinan Rasulullah.
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah
ini ditulis bertujuan :
1. Untuk memberikan gambaran Kepemimpinan yang
Ideal
2. Sebagai
Motivasi dan penyegaran dalam kita menjalankan Organisasi
3. Sebagai
Kontribusi pemikiran
4. Untuk
mengembalikan Ruh Spritualisme kader dalam menjalankan roda Organisasi
5. Menjadikan
kader-kader HMI yang mempunyai Manajerial yang tinggi terhadap lembaga.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Keteladanan
Dalam Kepemimpinan Rasulullah Saw
a.
Keteladanan
Pemimpin.
Memimpin (to leat) berdeda dangan
mengomandokan (to command). Pemimpin (leader) berbeda dengan komondan. Pemimpin
berusaha supaya orang yang dipimpinnya mau melakukan apa yang dianjurkannya
dengan kesadaran. Apa yang ingin dicapai adalah keinginan dan cita-cita serta
kepentingan bersama antara yang dipimpin dan yang memimpin.
Maka
pemimpin harus punya kemampuan untuk
mengajak orang lain, maupun berbuat
secara iklas, tetapi harus dengan syarat melakukannya dengan semangat
dan kesadaran sendiri. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus punya kemampuan
dan militant yang luar biasa. Pemimpin
adalah orang yang memberi semangat, kesadaran, dan perjuangan kepada yang lain.
Karena itu ia harus punya semangat, kesadaran.
Selain
itu pemimpin harus teguh pendirian, bermental baja, punya keyakinan yang kokoh
dan tekad yang bulat. Melalui zikir, dan fikir, serta dengan tadabbur. Contoh
tauladan, bahkan konsistensi pada ajaran yang disampaikan juga syarat penting
jadi pemimpin.
b.
Keteladanan Rasulullah SAW.
Islam
adalah agama yang sempurna kesempurnaan
agama Islam telah nyata setelah turun nya surat Almaidah ayat 3, yang berbunyi
: “pada hari ini telah ku sempurnakan
Agama mu bagi mu dan telah Ku cukupi nikmat-KU dan AKU Ridhai Islam itu Agama
bagi mu ”
Kehidupan
kita dipermukaan bumi ini kecendrungannya untuk hidup bersama dan berkelompok.
Sebab manusia selalu membutuhkan satu sama lainnya, disinilah Embrio lahirnya
organisasi dimana komunikasi sekelompok orang dengan kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama pula.
Secara
tioritis, dimana ada organisasi disitu ada Leadership (kepemimpinan) dan
manajemen, karena korelasi antara unsur tersebut sangat menyatu dan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menemukan
pemimpin yang cerdas dan bijak memerlukan
waktu yang lama, terutama dalam membentuk kreakter dan etika seorang leader
agar mampu menatap kedepan dan memiliki kesaiapan yang matang menghadapi
kondisi globalisasi yang arusnya semakin deras, seorang leader dalam
mengiplementasikan manajemen pada suatu organisasi tepat menggunakan “the righ man in the righ place“ artinya
menempatkan seseorang menurut tempatnya ( keahliannya). Sesungguhnya terdapat dalam diri
Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di h ari
kemudian." (QS. Al-Ahzab : 21).
Keteladanan Rasulullah dalam memimpin tak diragukan lagi.
Tindak-tanduk dan sepak terjang beliau dalam memimpin merupakan cermin pribadi
mulia. Sebagai sosok pemimpin, beliau selalu mengedepankan nilai akhlak.
Tataran ini kerap menjadi panutan generasi dimasa beliau dan dimasa sesudahnya.
Tataran akhlak yang ditampilkan Rasulullah bukan saja
menjadi perisai kepribadian, melainkan juga mampu meluluhkan kekerasan hati
siapa pun yang memusuhinya. Itulah sebabnya, Rasulullah dapat dikategorikan
sebagai manusia istimewa. Keistimewaaan ini merupakan muara penyebarluasan
rahmat bagi alam semesta.
Keistimewaan lain yang dapat dipaparkan berkaitan dengan
pola kepemimpinan Rasululluh antara lain :
Pertama, pemimpin yang zuhud.
Kedua, pemimpin yang amanah dan
profesional. Rasulullah pernah bersabda bahwa pemimpin adalah pelayan umat.
Ketiga, Nabi SAW pemimpin yang dicintai
Allah. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap Allah terhadap kepemimpinan
Nabi SAW dengan kepemimpinan Nabi-Nabi sebelumnya. Perbedaan sikap itu dapat
kita temukan dari beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh. Nabi Musa AS
Bermohon kepada Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon
agar Allah memudahkan segala persoalannya. "Wahai Tuhanku, lapangkanlah
dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku." (QS. Thaha : 25-26).
Sedangkan Nabi Muhamad SAW memperoleh anugerah kelapangan
dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam
Nasyrah, "Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" (QS. Alam Nasyrah
: 1).
Akhirnya, mencermati keistimewaan Rasulullah sebagai
pemimpin, seharusnya kita dapat memetik hikmah dari beliau dan diterapkan dalam
kehidupan keseharian sebagai Khalifah dimuka bumi ini.
B.
Dasar-Dasar
Ajaran Islam Tentang Sistem Kepemimpinan
Agama
Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, tidak hanya membawa Aqidah Keagamaannya
atau ketentuan atau ketentuan Moral dan Etika yang menjadi dasar masyarakat
semata-mata. Tetapi Islam juga mengajarkan untuk berperilaku baik terhadap
segala aspek, baik aspek bersifat Individu, keluarga, maupun masyarakat dan
bahkan yang lebih luas lagi.
Berpijak
dari kenyataan ini, sebenarnya Islam mengajarkan syari’at yang menjadi tuntunan
otomatis bagi kepentingan terwujudnya suatu umat dan Negara berdasarkan
prinsip-prinsip Kepemimpinan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.[4]
Imamah, khilafah
dan kepemimpinan umat Islam adalah kata-kata sinonim yang mempunyai satu arti,
seperti yang ditulis oleh ulama bahwa arti imamah adalah pemimpin dalam agama
dan Bangsa bahkan dunia.
Mayoritas ulama
mengatakan bahwa mengangkat pemimpin untuk mengurus umat itu wajib. Kewajiban
ini bersandar atas beberapa alasan :
1. Consensus sahabat atas adanya figure
seorang pemimpin.
2. Bahwa
menegakkan hukuman dan benteng kekuasaan itu wajib, dan jika ada suatu perkara
tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu tersebut maka sesuatu itu menjadi
kewajiban.
3. Bahwa dalam
kepemimpinan akan menarik kemanfaatan serta menolak kerusakan dan ini hukuman
wajib berdasarkan dalil ijma’.
Menurut teori
yang benar adalah pendapat ini dapat dikonkulasikan dan mungkin disepakati,
karena tidak ada penghalang bahwa kepemimpinan itu merupakan tuntutan dan untuk
,menegakkan undang-undang serta melindungi individual.
Ibnu Khaldun
berkomentar dalam kitab muqaddimah : sebagian manusia keliru yang mengatakan bahwa menegakkan
pemimpin itu tidak wajib, baik menurut pendekatan akal maupun hukum. Salah satu
diantara mereka adalah al-asam dari
kalangan muktazillah dan kalangan khawarij dan lain-lain. Menurut mereka
yang wajib hanyalah member informasi tentang hukum, dan bila umat sudah sadar
atas keadilan dan pelaksanaan hukum Allah SWT maka tidak butuh figure pemimpin
dan tidak wajib memilih pemimpin. Akan tetapi, pendapat ini masih ditantang
dengan dasar ijma’. Faktor yang
mendorong mereka dalam pendapat ini adalah terhindar dari kekuasaan dan
mazhabnya.[5]
C.
Konsep
Kepemimpinan Islam Dalam Perspektif Modern
Pemimpin
dalam Islam memiliki kedudukan sebagai Sentral. Baik buruknya sebuah tatanan
masyarakat, maju dan mundurnya sebuah Daulah, tegak dan runtuhnya sebuah Negara
adalah disebabkan faktor Pemimpin. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah Wafat,
para sahabat membicarakan siapa yang akan menggantikan Rasulullah sebagai
Pemimpin.
Oleh
karena itu, Islam memberikan gambaran tentang prinsip Kepemimpinan dalam Islam
di antaranya :
1.
Tiap-tiap di antara
kamu adalah pemimpin dan tiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya.
Dalam skala mikro, diri kita terdapat
anggota dan yang menjadi komando dari anggota tersebut adalah hati nurani.
2.
Rasulullah SAW Bersabda
: Apa bila tiga orang di antara kamu keluar rumah, maka angkatlah salah seorang
sebagai pemimpin.
3.
Jabatan bukanlah sebuah
hadiah tetapi melainkan sebagai amanah. Jika jabatan dijadikan hadiah maka
banyak para pemimin atau pemangku jabatan berbuat semena-mena. Seperti apa yang
kita lihat para realita sekarang.
4.
Pada hakikatnya yang
memberikan jabatan adalah allah SWT, jadi amanah yang telah dititipkan oleh
Allah bukanlah sebuah permainan.
5.
Pemimpin yang adil.
Islam memerintahkan agar seorang pemimpin harus mempunyai criteria adil, jujur,
amanah, dan cerdas. Seorang pemimpin yang tidak memiliki criteria di atas
adalah cerminan pemimpin yang zalim dan berkhianat.
Hadits
Nabi Muhammad SAW, mengungkapakan ada dua kelompok manusia apa bila keduanya
baik, maka baik pulalah manusianya, apa bila kedua buruk maka buruk manusianya
(masyarakat), yaitu umara dan ulama. Dalam Hadist ini ulama diartikan secara harfiah, maka ia mencakup ilmuwan dalam
berbagai bidang, termasuk ilmuwan social dan humaniora. Ulama dalam pengertian
pengembala umat, mareka adalah pemimpin
informal umat. Pemimpin formal mareka adalah penguasa (umara).
D.
Pengertian
Kepemimpinan (Leadership) dan Manajemen
Kepemimpinan
(Leadershif) dapat di definisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya. (Stoner) sedangkan pada definisi lain Kepemimpinan adalah aktifitas
untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapa i tujuan uang dimaksud.
(George R. Terry).
Para ahli juga
mengemukakan definisi tentang Management yaitu : is how to make done troukh people.
Definisi ini memang singkat, tapi memiliki pengertia n yang cukup luas, how adalah suatu cara, metode, alat yang
dicapai untuk mencapai atau menghasilkan sesuatu. People adalah pelaksana suatu peke rjaan atau pelaksana. Dua hal
tersebut how dan people adalah kunci utama
untuk mencapai suatu target. Mungkinkah roda pemerintahan atau sebuah lembaga
tercapai hasil yang baik kalau tidak memiliki system management yang baik.
Walaupun yang didalamnya orang-orang sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Management
adalah suatu cara menyelesaikan pekerjaan dengan mendayagunakan orang secara tepat
dan benar. Kepemimpinan biasa digunakan secara umum sedangkan management lebih
khusus pada lingkup yang lebih kecil seperti management organisasi, management
perusahan dll.
Setiap kegiatan
memerlukan penanganan yang baik agar dapat menghasilkan sesuatu yang baik pula
tentunya. Management adalah sesuatu yang diinginkan. Management is to make works done through people.
Yang menjadi kuncinya people. Karena
adanya pemberdayaan manusia inilah maka diperlukan ilmu kepemimpinan. Pekerjaan.
Diantara cara yang dilakukan adalah
dengan pengaturan tugas. Itulah yang disebut mengorganisir.
Keberhasilan
suatu organisasi atau perusahaan sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Selain
Management ada hal yang tidak dapat kita pisahkan dari Kepemimpinan itu sendiri adalah komunikasi.
Karena komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan suatu perintah
agar orang memahami kita dan dapat menjalankan apa yang kita perintahkan.
Komunikasi adalah keterampilan yang paling penting dalam hidup. Kita
menghabisakan sebagian besar waktu hanya untuk berkomunikasi,” kata Stephen R.
Covey. Dalam memecahkan masalah, kita cendrung untuk menyerbu masuk, untuk
memperbaiki segala sesuatu dengan nasehat yang baik, tetapi sering sekali kita
mengalami kegagalan, terutama kegagalan dalam meluangkan waktu untuk
mendiagnosis masalah, untuk benar-benar terlebih dahulu mengerti secara
mendalam tentang masalah kita biasanya berusaha untuk lebih dahulu dimengerti.
Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti, tetapi mareka
mendengar untuk menjawab. Mareka bersiap untuk bicara, menyaring segalanya
melalui paradigma mareka sendiri.
Mendengar
aktif adalah titik pusat komunikasi, salah satu penentu dalam keberhasilan
seseorang pemimpin. Mendengar aktif adalah rahasia sukses kepemimpinan[6]
Dari
beberapa definisi diatas dapat kita ambil kita ambil kesimpulan bahwa
Kepemimpinan adalah suatu cara atau seni untuk mengatur orang dalam suatu tugas
agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Sebagai seni tentu ia melekat sebagai
tipe pelaku kepemimpinan (pemimpin) itu sendiri.
Untuk dapat
mengembangkan sebuah kepemimpinan maka harus mempunyai beberapa komponen dalam
menjalankannya, yaitu :
1. Planning, yaitu
membuat perencanaan yang baik.
2. Organizing, yaitu
mengorganisasikan, mengelola, mengatur apa-apa yang telah yang direncanakan
dengan baik.
3. Actuating, yaitu
melaksanakan rencana yang telah dibuat dengan baik.
4. Controlling, yaitu
melakukan pengontrolan, pengawasan, pemantauan untuk menyakinkan bahwa
perencanaan yang telah dibuat dengan baik dan dikelola dengan baik dan rapi,
semua berjalan dan dilaksanakan dengan baik.[7]
Oleh
karena itu seorang pemimpin dalam memimpin harus memiliki ilmu pengetahuan dan
Skill Manajerial yang mapan serta berpengalaman, mampu membaca stuasi dan
kondisi lingkungan, perkembangan sosio-kultural, psiko-sosial dan tantangan
zaman.
Seperti
kita ketahui bersama, bahwa HMI harus mampu melaksanakan manajemennya sebagai
mana tujuan HMI yang dirumuskan dalam pasal 4 AD ART HMI yaitu; “Terbinanya
Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab
atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur
yang Diridhai oleh Allah SWT” [8]
Dengan
rumusan tersebut, maka dengan hakikatnya HMI bukanlah organisasi masa dalam
pengertian fisik dan kualititatif, sebaliknya
HMI secara kulitatif lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi
yang mendidik, memimpin dan membimbing kader-kadernya agar menjadi pemimpin
yang punya tanggung jawab penuh terhadap bangsa dan Agama tentunya. Oleh karena
itu, HMI harus mampu memformulasikan tipe Kepemimpinan yang pernah diajarkan
dan dijalani oleh Rasulullah pada masa beliau memimpin. Kepemimpinan yang
bermafrtabat adalah Kepemimpinan yang mengidolakan tipe Kepemimpinan Rasulullah
sebagai Idola dan mensifati sifat Kepemimpinan Beliau.
E.
HMI
Membangun Kepemimpinan Islami
Belakangan
ini banyak kritik yang kontruktif dialamatkan kepada syistem kepemimpinan HMI, ada yang
berpendapat bahwa guna mendapatkan formulasi kepemimpinan yang tepat, HMI harus
mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki sekaligus eksis
ditengah-tengah gerakan social masyarakat sebagai Agent Of Change dan Social
Control.
Dalam
konteks ini maka HMI harus kembali kepada tradisi Intelektualisme dan berperan
lebih populis. Ada pula pandangan lain yang mengatakan bahwa dalam konteks
kepemimpinan maka HMI perlu melakukan
revilitasasi, yaitu menyakini dan
menyadari sedalam-dalamnya bahwa keluarga besar HMI secara bersama-sama
mengemban tugas luhur dan mulia yang
bercirikan nafas Islam, ke-Indonesian, dalam mengaktualisasikan eksitensi, visi
dan misi. Ada juga gagasan pentingnya HMI melakukan reaktualisasi, yaitu
menghidupkan ideal moral HMI dalam konteks kekinian. Disamping itu banyak
pandangan lain yang menyoroti masalah HMI dan kepemimpinan didalamnya.[9]
Oleh
karena itu, HMI mencoba membangun kepemimpinan yang Islami, dalam artian HMI
harus mampu mengorganisir para jajarannya untuk menanamkan nilai-nilai
Ke-Islaman dalam setiap kepemimpinannya. Dimuka telah banyak disinggung tentang
kepemimpinan yang ditawarkan oleh Rasulullah agar kepemimpinan yang dipimpin
lebih Ideal dan Kondusif.
Jika sebuah
organisasi (HMI) ingin menghasilkan sebuah produk yang berkualitas, maka faktor
Leadership (kepemimpinan) dan manajemen keislaman tidak boleh dipinggirkan.
Data empiric telah membuktikan kegagalan suatu organisasi pemerintahan,
organisasi social politik, organisasi kemasyarakatan dan oraganisasi kepemudaan
pada dasarnya disebabkan pihak leader tidak dapat menlaksakan manajemen secara professional dan proporsional sehingga
perjalanan organisasi menjadi stagnat dan banyak mengalami masalah, tidak
sedikit pula yang harus membubarkan diri.
Ajaran
Islam juga mengandung ilmu kepemimpinan yang sangat mendasar. Sebagi manusia
biasa, rasanya tidak mungkin Rasulullah
SAW akan punya mental kepemimpinan yang demikian teguh. Hanya satu yang
membedakan beliau dengan pemimpin dunia yang lain, baik muslim maupun non
muslim. Beliau punya daya kepemimpinan yamg datang dari Allah SWT, yang maaha
segalanya dan manusia senantiasa mengidolakan
beliau sebagai pemimpin. Dunia dan para Ilmuan lainnya mengakui bahwa
Rassulullah orang nomor satu berpengaruh di dunia. Beliau mengimplementasikan Kepemimpinannya
berdasarkan kepada iman, takwa dan
ibadat, usaha dan doa.
Melihat
berbagai macam model kepemimpinan masa kini, HMI juga mengambil peran dalam
berupaya mewujudkan pemimpin yang berhati nurani dan tidak zalim terhadap
rakyatnya. Dengan hanya menjalankan konsep kepemimpinan Rasulullah, berarti
jelas HMI mampu untuk mengikuti jejak rasulnya dalam memimpin rakyat, Bangsa
dan Negara. HMI sebagai wadah kaum-kaum Intelektual muda yang setiap hembusan
nafasnya adalah memiliki nilai-nilai Ke-Islaman kenapa tidak mungkin untuk
melakukan itu sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang memiliki peradaban
dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya Rasululla SAW
telah tiada namum ajaran dan suri tauladan yang beiau tinggalkan kepada kita dapat
kita jadikan sebagai panutan dalam menjalankan kepemimpinan Organisasi yang
kita cintai ini sesuai dengan nilai-nilai Ke-Islaman itu sendiri.
Setiap
pemimpin dimuka bumi ini akan dimintai
pertanggung jawabannya dihadapan yang Tuhannya tentang tugas suci suci
yang di embankannya[10].
Jamaluddin Rahmad menyinggung
tentang amanah dan menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk paradoksal yang
berjuang mengatasi konflik dua kekuatan yang saling bertentangan: kekuatan
mengikuti fitrah, yaitu memikul amanah Allah SWT; dan kekuatan mengikuti
predisposisi negatif, yaitu sifat keluh- kesah, cendrung bakhil dan zalim, dan
hanya memikirkan kehidupan duniawi. Dengan demikian, makna kepemimpin manusia
dibumi bahwa manusia adalah “Duta” Tuhan dibumi dan akan diminta pertanggung
jawaban atas tugasnya sebagai “Duta” tersebut.. pada dasarnya, dokrin itu
merupakan pemicu agar manusia banyak melakukan kebaikan dan sedikit kalau bisa
tidak sama sekali melakukan kejahatan[11].
Oleh karena itu,
HMI harus mampu bertindak seperti yang diinginkan oleh public yaitu HMI sebagai
Organisasi ummat yang menciptakan kader intelektual muslem yang berlandaskan kepada
ke-Imanan dan ajaran Islam. Upaya inilah yang harus kita lakukan dan ini
tentunya juga harapan kita semua.
Kita salaku
kader dari organisasi HMI yang telah dibina. Agar kita tetap menggapai kejayaan
seperti masa lalu. Apa lagi dengan begitu besar harapan public kepada kita, lebih jauh suatu ketika jika dibutuhkan
pemimpin yang bijak HMI mampu manyediakan sosok pemimpin yang memenuhi kriteria
ala Rasulullah.
Oleh karena itu,
kader HMI harus mampu memanajerialkan lembaganya dengan baik agar tujuan yang
dimaksud dapat tercapai dengan sempurna. Hal yang terpenting untuk diketahui
adalah harus dapat meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Agar terwujud
profesionalisme yang matang dalam pelaksanaan kepemimpinan.
BAB
III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
HMI
merupakan sebuah Organisasi Mahasiswa tertua di Indonesia yang lahir pada 5
Febuari 1947 63 yaitu 2 tahun sesudah kemardekaan Negara kita ini dan masih
Eksis sampai saat sekarang. Pada usianya sekarang yang mencapai lebih kurang 63
tahun, tentu di usia yang tua tentu banyak permasalahan-permasalahan dan pasang
surutnya perjalanan Organisasi ini. Namun masalah yang paling urgen untuk
diangkat adalah terjadinya kerisis pemimpin dan dekadensi Moral di tubuh HMI
sendiri. Diantaranya kader-kader HMI tidak lagi mampu menalaah nilai-nilai
ke-Islaman dalam arti kata kini kader-kader HMI telah jauh dari fungsi HMI
sendiri. Untuk itu kita sebagai kader HMI harus mampu mengawasi dan mereformasikan
kembali nilai-nilai ke-Islaman agar HMI mampu kembali kepada landasan yang
berazaskan Islam. Untuk itu HMI harus mampu menglahirkan kader-kadernya yang
berakhlak mulia dan mampu menjalankan roda kepemimpinannya sebagaiman konsep kepemimpinan Rasulullah
SAW.
Selain
mampu mentransformasikan konsep kepemimpinan Rasulullah, kader HMI harus mampu
menguasai Skill Manajerial (Manajemen). Karena dengan Manajerial yang bagus
semua pekerjaan dan perencanaan yang sudah direncanakn dapat berjalan sesuai
dengan yang di inginkan.
Seorang
pemimpin harus mampu mengarahkankan dan
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinannya berjalan
sebagai mana mestinya.dalam sebuah kepemimpinan harus dibaringi dengan
management kepemimpinan. Agar kepemimpinan itu mencapai target yang
ditargetkannya. Selain dari pada itu seorang pemipmpin juga dituntutkan yang
berakhlak mulia, mempunyai loyalitas yang tinggi, keyakinan yang kuat dan
mempunyai tekad yang bulat. Seorang pemimpin juga harus mampu melihat kedepan
dan kesiapan yang matang dalam menghadapi berbagai gejolak dalam perjalan
kepemimpinannnya.
b.
Kritik
dan saran
Menangapi
dari berbagai permasalah tadi tentunya banyak hal-hal yang keliru dengan isi makalah
ini. Untuk itu saya selaku penulis mengharap banyak dari saudara/I agar kiranya
sudi memberi sebuah keritikan yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki
penulisan saya dimas yang akan datang.
Dalam
kesempatan ini saya berharap kepada kawan, agar gambaran dari makalah ini
menjadi sebagai renungan bagi kita untuk memperbaiki dan berupaya lebih dalam membangin bangsa ini dengan sebagai
mana harapan masyarakat pada umum nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab Khalaf, Politik Hukum Islam,
Yogyakarta ; Tiara Wacana, 1994,
Bustanuddin Agus, Islam
dan Pembangunan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007,
Hakim.Atang
Abd.
Metedelogi study islam, Bandung ; PT.Remaja Rosdakarya . 2000
Hasil – Hasil Konggres XXVI di Palembang
tanggal 28 juli s/d 5 Agustus 2008, Jakarta ; Penerbit PB HMI, 2008.
Kertasih Suherman, Manajemen Strategik Bagi
Pengembangan Organisasi, 2006.
M.Suyanto,
Smart
in Leadership. Andi Yogya Karta.2005.
Solichin, Candradimuka mahasiswa,
Jakarta ; Sinergi Persadatama Foundation, 2010.
Yusuf Musa Nizam at hukfi al-halm. Ter.
M. Thalib, Politik dan Negara dalam Islam, Yogyakarta : Pustaka LSI, 1981
[1] Hasil-hasil
Kongres XXVI di Palembang tanggal 28 Juli s/d 5 Agustus 2008, (Jakarta ;
Penerbit PB HMI) hal 28
[2] Prof.
Dr. Bustanuddin Agus, M.A, Islam dan
Pembangunan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 47-48.
[3] Ibid hal28
[4] Yusuf Musa Nizam at
hukfi al-halm. Ter. M. Thalib, Politik
dan Negara dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka LSI, 1981), hal 24.
[7] Kertasih Suherman, Manajemen Strategik Bagi Pengembangan
Organisasi,……………2006.
[8] Hasil –Hasil Konggres XXVI di Palembang tanggal 28 juli s/d 5 Agustus
2008, (Jakarta ; Penerbit PB HMI), 2008.
[10] Nurcholis Majid,1992 hal.302
[11] Drs Atang Abd. Hakim
M.A Metedelogi study islam..2000 hal 212
Tidak ada komentar:
Posting Komentar