Minggu, 17 Agustus 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang tertua di Indonesia. Kelahiran HMI ini dua tahun setelah Indonesia merdeka. Tepatnya pada tanggal 5 Febuari 1947 kelahiran HMI tidak terlepas dari perjuangan Bangsa. Salah satu tujuan utamanya adalah mengimplementasikan nilai-nilai Ke-Islaman dan segala aspek Ke-Indonesian. Maka sudah menjadi suatu keniscayaan ketika HMI menjadi Islam sebagai azas (Landasan Teologis), artinya setiap langkah yang dilakukan oleh kader HMI harus sejalan dengan apa yang diharapkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Pada realitanya sekarang banyak kader-kader HMI yang telah mengalami pengikisan Ideologi dan jati diri. Hal ini disebabkan Nialai-nilai Ke-Islaman tidak lagi me ngkristal didalam jiwa kader-kader HMI serta ketidak mampuannya menterjermahkan nilai-nilai ke-Islaman itu sendiri. Dan ini merupakan indikasi bahwa semakin jauh kader-kader HMI dari Nilai-nilai keislaman. Hal, ini menjadi tanggung jawab dan PR kita bersama selaku kader HMI dan sebagai Khalifah di atas permukaan bumi ini. Oleh karena itu, HMI harus mereformasikan agar HMI betul-betul berazaskan Islam[1] dan dapat diimplementasikan nilai-nilai Ke-Islaman itu di dalam tubuh dan jiwa kader-kader HMI dimasa sekarang dan akan datang.
Antara Islam dan HMI merupakan satu integral yang tidak dapat dipisahkan. Ke-Islaman merupakan sebuah indentitas yang menjadi pilar serta sandaran perjuangan kader-kader HMI. Oleh karena itu, praktek Nilai-nilai Ke- Islam harus dipegang teguh oleh HMI demi cita-cita HMI dan Bangsa yang kita cintai ini. Ada pendapat dan kritikan yang berkembang sekarang ini terhadap HMI dikarenakan telah jauh dari nilai-nilai Ke-Islaman. Hal ini tidak perlu kita perdebatkan yang terpenting sekarang bagaimana kita selaku kader-kader HMI dapat mengembalikan Ruh Spiritualisme Ke-Islaman kedalam hati, pikiran dan jiwa kader HMI itu sendiri agar nilai-nilai Ke-islaman kembali mengkristal dan menjadi sandaran bagi perjuangan HMI selamanya. Untuk mengatasi hal yang demikian dengan salah satu caranya adalah dengan kembali kepada tradisi Islam profetik, yaitu tradisi Islam pada saat Kenabian dan pembawa wahyu Islam ada.[2]
Oleh karena itu, kita harus bisa mengembalikan nilai-nilai Ke-islaman kedalam jiwa setiap kader HMI itu. Kita harus merefleksi HMI 10 atau 20 Tahun yang lalu, betapa muliannya dan harumnya nama HMI dimana-mana orang menganggungkan serta keberadaannya sebagai Prioritas. Itu tidak terlepas dari gerakan-gerakan yang dilakukan semata-mata karena menjalankan Amanah yang mulia dengan disertai dengan nilai-nilai Ke-Islaman. Jika ajaran Islam benar-benar dapat kita Implementasikan maka dengan mudah kita dapat membangun Bangsa ini kearah yang lebih maju dan dapat merubah peradaban.
Langkah yang pertama untuk melakukan suatu peradaban adalah dengan adanya pemimpin yang bermoral serta berakhlaq mulia seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk mewujudkan pemimpin yang berkarakter Rasulullah seharusnya HMI yang berperan aktif dalam mengimplementasikan ini. HMI selain berperan sebagai Organisasi perjuangan juga berfungsi sebagai Organisasi kader.[3] Oleh karena itu, HMI harus bisa mewujudkan peran dan fungsinya ditengah-tengah masyarakat agar dapat menciptakan Kepemimpinan yang bermartabat, berkedaulatan dan menjalankan ajaran-ajaran Islam demi terciptanya Bangsa yang berkeadlian Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

B.       Rumusan Masalah
Mengingat usia HMI yang sudah 63 tiga Tahun, bukanlah lembaga yang dikatakan masih muda dan baru berkembang. Namun dibalik usia yang tua itu HMI masih banyak tugas  permasalahan yang belum dituntaskan, terutama masalah Kepemimpinan yang belakangan ini menjadi sorotan banyak mata manusia. HMI yang dulu pernah dinobatkan sebagai anak kandung umat namun sekarang sudah berubah dan menjauh dari kebutuhan umat. Dimana HMI beserta kader-kadernya sekarang? Masih adakah HMI yang penuh kecintaan terhadap umat? Masyarakat sekarang sudah merasa jenuh dengan janji-janji, masyarakat banyak menimbulkan mosi tidak percaya kepada pemimpinnya. Ini yang sebenarnya perlu kita cermati agar masyarakat mendapatkan kembali kepercayaan dari para pemimpinnya. Inilah sebenarnya komitmen Ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman. Sebagian besar Cabang HMI di Indonesia sudah terjadi dekadensi kader dan moral, apakah tugas kita selanjutnya untuk menjawab ini? Keder-kader HMI banyak yang kehilangan arah dan tujuannya berorganisasi. Utnuk memperoleh Bangsa yang bermartabat dan menjunjung tinggi keadilan social maka HMI perlu memformulasikan karakter kapemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat banyak dan mensifati sifat Kepemimpinan Rasulullah.
  
C.      Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis bertujuan :
1.       Untuk memberikan gambaran Kepemimpinan yang Ideal
2.      Sebagai Motivasi dan penyegaran dalam kita menjalankan Organisasi
3.      Sebagai Kontribusi pemikiran
4.      Untuk mengembalikan Ruh Spritualisme kader dalam menjalankan roda Organisasi
5.      Menjadikan kader-kader HMI yang mempunyai Manajerial yang tinggi terhadap lembaga.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Keteladanan Dalam Kepemimpinan Rasulullah Saw
a.      Keteladanan Pemimpin.
 Memimpin (to leat) berdeda dangan mengomandokan (to command). Pemimpin (leader) berbeda dengan komondan. Pemimpin berusaha supaya orang yang dipimpinnya mau melakukan apa yang dianjurkannya dengan kesadaran. Apa yang ingin dicapai adalah keinginan dan cita-cita serta kepentingan bersama antara yang dipimpin dan yang memimpin.
Maka pemimpin  harus punya kemampuan untuk mengajak orang lain, maupun berbuat  secara iklas, tetapi harus dengan syarat melakukannya dengan semangat dan kesadaran sendiri. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus punya kemampuan dan militant yang luar  biasa. Pemimpin adalah orang yang memberi semangat, kesadaran, dan perjuangan kepada yang lain. Karena itu ia harus punya semangat, kesadaran.
            Selain itu pemimpin harus teguh pendirian, bermental baja, punya keyakinan yang kokoh dan tekad yang bulat. Melalui zikir, dan fikir, serta dengan tadabbur. Contoh tauladan, bahkan konsistensi pada ajaran yang disampaikan juga syarat penting jadi pemimpin.

b.     Keteladanan Rasulullah SAW.
Islam adalah agama yang sempurna  kesempurnaan agama Islam telah nyata setelah turun nya surat Almaidah ayat 3, yang berbunyi : “pada hari ini telah ku sempurnakan Agama mu bagi mu dan telah Ku cukupi nikmat-KU dan AKU Ridhai Islam itu Agama bagi mu ”
Kehidupan kita dipermukaan bumi ini kecendrungannya untuk hidup bersama dan berkelompok. Sebab manusia selalu membutuhkan satu sama lainnya, disinilah Embrio lahirnya organisasi dimana komunikasi sekelompok orang dengan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama pula.
Secara tioritis, dimana ada organisasi disitu ada Leadership (kepemimpinan) dan manajemen, karena korelasi antara unsur tersebut sangat menyatu dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menemukan pemimpin  yang cerdas dan bijak memerlukan waktu yang lama, terutama dalam membentuk kreakter dan etika seorang leader agar mampu menatap kedepan dan memiliki kesaiapan yang matang menghadapi kondisi globalisasi yang arusnya semakin deras, seorang leader dalam mengiplementasikan manajemen pada suatu organisasi tepat menggunakan “the righ man in the righ place“ artinya menempatkan seseorang menurut tempatnya ( keahliannya). Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di h ari kemudian." (QS. Al-Ahzab : 21).
Keteladanan Rasulullah dalam memimpin tak diragukan lagi. Tindak-tanduk dan sepak terjang beliau dalam memimpin merupakan cermin pribadi mulia. Sebagai sosok pemimpin, beliau selalu mengedepankan nilai akhlak. Tataran ini kerap menjadi panutan generasi dimasa beliau dan dimasa sesudahnya.
Tataran akhlak yang ditampilkan Rasulullah bukan saja menjadi perisai kepribadian, melainkan juga mampu meluluhkan kekerasan hati siapa pun yang memusuhinya. Itulah sebabnya, Rasulullah dapat dikategorikan sebagai manusia istimewa. Keistimewaaan ini merupakan muara penyebarluasan rahmat bagi alam semesta.
Keistimewaan lain yang dapat dipaparkan berkaitan dengan pola kepemimpinan Rasululluh antara lain :
Pertama, pemimpin yang zuhud.
Kedua, pemimpin yang amanah dan profesional. Rasulullah pernah bersabda bahwa pemimpin adalah pelayan umat.
Ketiga, Nabi SAW pemimpin yang dicintai Allah. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap Allah terhadap kepemimpinan Nabi SAW dengan kepemimpinan Nabi-Nabi sebelumnya. Perbedaan sikap itu dapat kita temukan dari beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh. Nabi Musa AS Bermohon kepada Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon agar Allah memudahkan segala persoalannya. "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku." (QS. Thaha : 25-26).
Sedangkan Nabi Muhamad SAW memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam Nasyrah, "Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" (QS. Alam Nasyrah : 1).
Akhirnya, mencermati keistimewaan Rasulullah sebagai pemimpin, seharusnya kita dapat memetik hikmah dari beliau dan diterapkan dalam kehidupan keseharian sebagai Khalifah dimuka bumi ini.

B.       Dasar-Dasar Ajaran Islam Tentang Sistem Kepemimpinan
Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, tidak hanya membawa Aqidah Keagamaannya atau ketentuan atau ketentuan Moral dan Etika yang menjadi dasar masyarakat semata-mata. Tetapi Islam juga mengajarkan untuk berperilaku baik terhadap segala aspek, baik aspek bersifat Individu, keluarga, maupun masyarakat dan bahkan yang lebih luas lagi.
Berpijak dari kenyataan ini, sebenarnya Islam mengajarkan syari’at yang menjadi tuntunan otomatis bagi kepentingan terwujudnya suatu umat dan Negara berdasarkan prinsip-prinsip Kepemimpinan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.[4]
Imamah, khilafah dan kepemimpinan umat Islam adalah kata-kata sinonim yang mempunyai satu arti, seperti yang ditulis oleh ulama bahwa arti imamah adalah pemimpin dalam agama dan Bangsa bahkan dunia.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa mengangkat pemimpin untuk mengurus umat itu wajib. Kewajiban ini bersandar atas beberapa alasan :
1. Consensus sahabat atas adanya figure seorang pemimpin.
2. Bahwa menegakkan hukuman dan benteng kekuasaan itu wajib, dan jika ada suatu perkara tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu tersebut maka sesuatu itu menjadi kewajiban.
3. Bahwa dalam kepemimpinan akan menarik kemanfaatan serta menolak kerusakan dan ini hukuman wajib berdasarkan dalil ijma’.
Menurut teori yang benar adalah pendapat ini dapat dikonkulasikan dan mungkin disepakati, karena tidak ada penghalang bahwa kepemimpinan itu merupakan tuntutan dan untuk ,menegakkan undang-undang serta melindungi individual.
Ibnu Khaldun berkomentar dalam kitab muqaddimah : sebagian manusia keliru yang mengatakan bahwa menegakkan pemimpin itu tidak wajib, baik menurut pendekatan akal maupun hukum. Salah satu diantara mereka adalah al-asam dari kalangan muktazillah dan kalangan khawarij dan lain-lain. Menurut mereka yang wajib hanyalah member informasi tentang hukum, dan bila umat sudah sadar atas keadilan dan pelaksanaan hukum Allah SWT maka tidak butuh figure pemimpin dan tidak wajib memilih pemimpin. Akan tetapi, pendapat ini masih ditantang dengan dasar ijma’. Faktor yang mendorong mereka dalam pendapat ini adalah terhindar dari kekuasaan dan mazhabnya.[5]

C.      Konsep Kepemimpinan Islam Dalam Perspektif Modern
Pemimpin dalam Islam memiliki kedudukan sebagai Sentral. Baik buruknya sebuah tatanan masyarakat, maju dan mundurnya sebuah Daulah, tegak dan runtuhnya sebuah Negara adalah disebabkan faktor Pemimpin. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah Wafat, para sahabat membicarakan siapa yang akan menggantikan Rasulullah sebagai Pemimpin.
Oleh karena itu, Islam memberikan gambaran tentang prinsip Kepemimpinan dalam Islam di antaranya :
1.        Tiap-tiap di antara kamu adalah pemimpin dan tiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya. Dalam skala mikro, diri kita  terdapat anggota dan yang menjadi komando dari anggota tersebut adalah hati nurani.
2.        Rasulullah SAW Bersabda : Apa bila tiga orang di antara kamu keluar rumah, maka angkatlah salah seorang sebagai pemimpin.
3.        Jabatan bukanlah sebuah hadiah tetapi melainkan sebagai amanah. Jika jabatan dijadikan hadiah maka banyak para pemimin atau pemangku jabatan berbuat semena-mena. Seperti apa yang kita lihat para realita sekarang.
4.        Pada hakikatnya yang memberikan jabatan adalah allah SWT, jadi amanah yang telah dititipkan oleh Allah bukanlah sebuah permainan.
5.        Pemimpin yang adil. Islam memerintahkan agar seorang pemimpin harus mempunyai criteria adil, jujur, amanah, dan cerdas. Seorang pemimpin yang tidak memiliki criteria di atas adalah cerminan pemimpin yang zalim dan berkhianat.

Hadits Nabi Muhammad SAW, mengungkapakan ada dua kelompok manusia apa bila keduanya baik, maka baik pulalah manusianya, apa bila kedua buruk maka buruk manusianya (masyarakat), yaitu umara dan ulama. Dalam Hadist ini ulama diartikan  secara harfiah, maka ia mencakup ilmuwan dalam berbagai bidang, termasuk ilmuwan social dan humaniora. Ulama dalam pengertian pengembala umat, mareka  adalah pemimpin informal umat. Pemimpin formal mareka adalah penguasa (umara).


D.      Pengertian Kepemimpinan (Leadership) dan Manajemen
Kepemimpinan (Leadershif) dapat di definisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. (Stoner) sedangkan pada definisi lain Kepemimpinan adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapa i tujuan uang dimaksud. (George R. Terry).
Para ahli juga mengemukakan definisi tentang Management yaitu : is how to make done troukh people. Definisi ini memang singkat, tapi memiliki pengertia n yang cukup luas, how adalah suatu cara, metode, alat yang dicapai untuk mencapai atau menghasilkan sesuatu. People adalah pelaksana suatu peke rjaan atau pelaksana. Dua hal tersebut how dan people  adalah kunci utama untuk mencapai suatu target. Mungkinkah roda pemerintahan atau sebuah lembaga tercapai hasil yang baik kalau tidak memiliki system management yang baik. Walaupun yang didalamnya orang-orang sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Management adalah suatu cara menyelesaikan pekerjaan dengan mendayagunakan orang secara tepat dan benar. Kepemimpinan biasa digunakan secara umum sedangkan management lebih khusus pada lingkup yang lebih kecil seperti management organisasi, management perusahan dll.
Setiap kegiatan memerlukan penanganan yang baik agar dapat menghasilkan sesuatu yang baik pula tentunya. Management adalah sesuatu yang diinginkan. Management is to make works done through people. Yang menjadi kuncinya people. Karena adanya pemberdayaan manusia inilah maka diperlukan ilmu kepemimpinan. Pekerjaan. Diantara  cara yang dilakukan adalah dengan pengaturan tugas. Itulah yang disebut mengorganisir.
Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Selain Management ada hal yang tidak dapat kita pisahkan dari  Kepemimpinan itu sendiri adalah komunikasi. Karena komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan suatu perintah agar orang memahami kita dan dapat menjalankan apa yang kita perintahkan. Komunikasi adalah keterampilan yang paling penting dalam hidup. Kita menghabisakan sebagian besar waktu hanya untuk berkomunikasi,” kata Stephen R. Covey. Dalam memecahkan masalah, kita cendrung untuk menyerbu masuk, untuk memperbaiki segala sesuatu dengan nasehat yang baik, tetapi sering sekali kita mengalami kegagalan, terutama kegagalan dalam meluangkan waktu untuk mendiagnosis masalah, untuk benar-benar terlebih dahulu mengerti secara mendalam tentang masalah kita biasanya berusaha untuk lebih dahulu dimengerti. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti, tetapi mareka mendengar untuk menjawab. Mareka bersiap untuk bicara, menyaring segalanya melalui paradigma mareka sendiri.
Mendengar aktif adalah titik pusat komunikasi, salah satu penentu dalam keberhasilan seseorang pemimpin. Mendengar aktif adalah rahasia sukses kepemimpinan[6]
Dari beberapa definisi diatas dapat kita ambil kita ambil kesimpulan bahwa Kepemimpinan adalah suatu cara atau seni untuk mengatur orang dalam suatu tugas agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Sebagai seni tentu ia melekat sebagai tipe pelaku kepemimpinan (pemimpin) itu sendiri.
Untuk dapat mengembangkan sebuah kepemimpinan maka harus mempunyai beberapa komponen dalam menjalankannya, yaitu :
1.      Planning, yaitu membuat perencanaan yang baik.
2.      Organizing, yaitu mengorganisasikan, mengelola, mengatur apa-apa yang telah yang direncanakan dengan baik.
3.      Actuating, yaitu melaksanakan rencana yang telah dibuat dengan baik.
4.      Controlling, yaitu melakukan pengontrolan, pengawasan, pemantauan untuk menyakinkan bahwa perencanaan yang telah dibuat dengan baik dan dikelola dengan baik dan rapi, semua berjalan dan dilaksanakan dengan baik.[7]

Oleh karena itu seorang pemimpin dalam memimpin harus memiliki ilmu pengetahuan dan Skill Manajerial yang mapan serta berpengalaman, mampu membaca stuasi dan kondisi lingkungan, perkembangan sosio-kultural, psiko-sosial dan tantangan zaman.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa HMI harus mampu melaksanakan manajemennya sebagai mana tujuan HMI yang dirumuskan dalam pasal 4 AD ART HMI yaitu; “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil  Makmur yang Diridhai oleh Allah SWT” [8]
Dengan rumusan tersebut, maka dengan hakikatnya HMI bukanlah organisasi masa dalam pengertian fisik dan kualititatif,           sebaliknya HMI secara kulitatif lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing kader-kadernya agar menjadi pemimpin yang punya tanggung jawab penuh terhadap bangsa dan Agama tentunya. Oleh karena itu, HMI harus mampu memformulasikan tipe Kepemimpinan yang pernah diajarkan dan dijalani oleh Rasulullah pada masa beliau memimpin. Kepemimpinan yang bermafrtabat adalah Kepemimpinan yang mengidolakan tipe Kepemimpinan Rasulullah sebagai Idola dan mensifati sifat Kepemimpinan Beliau.   

E.       HMI Membangun Kepemimpinan Islami
Belakangan ini banyak kritik yang  kontruktif dialamatkan  kepada syistem kepemimpinan HMI, ada yang berpendapat bahwa guna mendapatkan formulasi kepemimpinan yang tepat, HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk meningkatkan keunggulan kompetitif sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki sekaligus eksis ditengah-tengah gerakan social masyarakat sebagai Agent Of Change dan Social Control. 
Dalam konteks ini maka HMI harus kembali kepada tradisi Intelektualisme dan berperan lebih populis. Ada pula pandangan lain yang mengatakan bahwa dalam konteks kepemimpinan maka HMI perlu melakukan  revilitasasi,  yaitu menyakini dan menyadari sedalam-dalamnya bahwa keluarga besar HMI secara bersama-sama mengemban tugas luhur dan mulia  yang bercirikan nafas Islam, ke-Indonesian, dalam mengaktualisasikan eksitensi, visi dan misi. Ada juga gagasan pentingnya HMI melakukan reaktualisasi, yaitu menghidupkan ideal moral HMI dalam konteks kekinian. Disamping itu banyak pandangan lain yang menyoroti masalah HMI dan kepemimpinan didalamnya.[9]
Oleh karena itu, HMI mencoba membangun kepemimpinan yang Islami, dalam artian HMI harus mampu mengorganisir para jajarannya untuk menanamkan nilai-nilai Ke-Islaman dalam setiap kepemimpinannya. Dimuka telah banyak disinggung tentang kepemimpinan yang ditawarkan oleh Rasulullah agar kepemimpinan yang dipimpin lebih Ideal dan Kondusif.
Jika sebuah organisasi (HMI) ingin menghasilkan sebuah produk yang berkualitas, maka faktor Leadership (kepemimpinan) dan manajemen keislaman tidak boleh dipinggirkan. Data empiric telah membuktikan kegagalan suatu organisasi pemerintahan, organisasi social politik, organisasi kemasyarakatan dan oraganisasi kepemudaan pada dasarnya disebabkan pihak leader tidak dapat menlaksakan manajemen  secara professional dan proporsional sehingga perjalanan organisasi menjadi stagnat dan banyak mengalami masalah, tidak sedikit pula yang harus membubarkan diri.
Ajaran Islam juga mengandung ilmu kepemimpinan yang sangat mendasar. Sebagi manusia biasa, rasanya tidak mungkin  Rasulullah SAW akan punya mental kepemimpinan yang demikian teguh. Hanya satu yang membedakan beliau dengan pemimpin dunia yang lain, baik muslim maupun non muslim. Beliau punya daya kepemimpinan yamg datang dari Allah SWT, yang maaha segalanya dan  manusia senantiasa mengidolakan beliau sebagai pemimpin. Dunia dan para Ilmuan lainnya mengakui bahwa Rassulullah orang nomor satu berpengaruh di dunia. Beliau mengimplementasikan Kepemimpinannya berdasarkan kepada  iman, takwa dan ibadat, usaha dan doa.
Melihat berbagai macam model kepemimpinan masa kini, HMI juga mengambil peran dalam berupaya mewujudkan pemimpin yang berhati nurani dan tidak zalim terhadap rakyatnya. Dengan hanya menjalankan konsep kepemimpinan Rasulullah, berarti jelas HMI mampu untuk mengikuti jejak rasulnya dalam memimpin rakyat, Bangsa dan Negara. HMI sebagai wadah kaum-kaum Intelektual muda yang setiap hembusan nafasnya adalah memiliki nilai-nilai Ke-Islaman kenapa tidak mungkin untuk melakukan itu sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang memiliki peradaban dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya Rasululla SAW telah tiada namum ajaran dan suri tauladan yang beiau tinggalkan kepada kita dapat kita jadikan sebagai panutan dalam menjalankan kepemimpinan Organisasi yang kita cintai ini sesuai dengan nilai-nilai Ke-Islaman itu sendiri.
Setiap pemimpin dimuka bumi ini akan dimintai  pertanggung jawabannya dihadapan yang Tuhannya tentang tugas suci suci yang di embankannya[10].
Jamaluddin Rahmad menyinggung tentang amanah dan menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk paradoksal yang berjuang mengatasi konflik dua kekuatan yang saling bertentangan: kekuatan mengikuti fitrah, yaitu memikul amanah Allah SWT; dan kekuatan mengikuti predisposisi negatif, yaitu sifat keluh- kesah, cendrung bakhil dan zalim, dan hanya memikirkan kehidupan duniawi. Dengan demikian, makna kepemimpin manusia dibumi bahwa manusia adalah “Duta” Tuhan dibumi dan akan diminta pertanggung jawaban atas tugasnya sebagai “Duta” tersebut.. pada dasarnya, dokrin itu merupakan pemicu agar manusia banyak melakukan kebaikan dan sedikit kalau bisa tidak sama sekali melakukan kejahatan[11].
Oleh karena itu, HMI harus mampu bertindak seperti yang diinginkan oleh public yaitu HMI sebagai Organisasi ummat yang menciptakan kader intelektual muslem yang berlandaskan kepada ke-Imanan dan ajaran Islam. Upaya inilah yang harus kita lakukan dan ini tentunya juga harapan kita semua.
Kita salaku kader dari organisasi HMI yang telah dibina. Agar kita tetap menggapai kejayaan seperti masa lalu. Apa lagi dengan begitu besar harapan public kepada kita,  lebih jauh suatu ketika jika dibutuhkan pemimpin yang bijak HMI mampu manyediakan sosok pemimpin yang memenuhi kriteria ala Rasulullah.
Oleh karena itu, kader HMI harus mampu memanajerialkan lembaganya dengan baik agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai dengan sempurna. Hal yang terpenting untuk diketahui adalah harus dapat meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Agar terwujud profesionalisme yang matang dalam pelaksanaan kepemimpinan.

BAB III
PENUTUP
a.        Kesimpulan
HMI merupakan sebuah Organisasi Mahasiswa tertua di Indonesia yang lahir pada 5 Febuari 1947 63 yaitu 2 tahun sesudah kemardekaan Negara kita ini dan masih Eksis sampai saat sekarang. Pada usianya sekarang yang mencapai lebih kurang 63 tahun, tentu di usia yang tua tentu banyak permasalahan-permasalahan dan pasang surutnya perjalanan Organisasi ini. Namun masalah yang paling urgen untuk diangkat adalah terjadinya kerisis pemimpin dan dekadensi Moral di tubuh HMI sendiri. Diantaranya kader-kader HMI tidak lagi mampu menalaah nilai-nilai ke-Islaman dalam arti kata kini kader-kader HMI telah jauh dari fungsi HMI sendiri. Untuk itu kita sebagai kader HMI harus mampu mengawasi dan mereformasikan kembali nilai-nilai ke-Islaman agar HMI mampu kembali kepada landasan yang berazaskan Islam. Untuk itu HMI harus mampu menglahirkan kader-kadernya yang berakhlak mulia dan mampu menjalankan roda kepemimpinannya  sebagaiman konsep kepemimpinan Rasulullah SAW.
Selain mampu mentransformasikan konsep kepemimpinan Rasulullah, kader HMI harus mampu menguasai Skill Manajerial (Manajemen). Karena dengan Manajerial yang bagus semua pekerjaan dan perencanaan yang sudah direncanakn dapat berjalan sesuai dengan yang di inginkan.
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkankan  dan mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinannya berjalan sebagai mana mestinya.dalam sebuah kepemimpinan harus dibaringi dengan management kepemimpinan. Agar kepemimpinan itu mencapai target yang ditargetkannya. Selain dari pada itu seorang pemipmpin juga dituntutkan yang berakhlak mulia, mempunyai loyalitas yang tinggi, keyakinan yang kuat dan mempunyai tekad yang bulat. Seorang pemimpin juga harus mampu melihat kedepan dan kesiapan yang matang dalam menghadapi berbagai gejolak dalam perjalan kepemimpinannnya.

b.                  Kritik dan saran
Menangapi dari berbagai permasalah tadi tentunya banyak hal-hal yang keliru dengan isi makalah ini. Untuk itu saya selaku penulis mengharap banyak dari saudara/I agar kiranya sudi memberi sebuah keritikan yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki penulisan saya dimas yang akan  datang.
Dalam kesempatan ini saya berharap kepada kawan, agar gambaran dari makalah ini menjadi sebagai renungan bagi kita untuk memperbaiki dan berupaya lebih  dalam membangin bangsa ini dengan sebagai mana harapan masyarakat pada umum nya. 






















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Khalaf, Politik Hukum Islam, Yogyakarta ; Tiara Wacana, 1994,
Bustanuddin Agus, Islam dan Pembangunan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007,
 Hakim.Atang Abd. Metedelogi study islam, Bandung ; PT.Remaja Rosdakarya .   2000
Hasil – Hasil Konggres XXVI di Palembang tanggal 28 juli s/d 5 Agustus 2008, Jakarta ; Penerbit PB HMI, 2008.
Kertasih Suherman, Manajemen Strategik Bagi Pengembangan Organisasi, 2006.
M.Suyanto, Smart in Leadership. Andi Yogya Karta.2005.
Solichin, Candradimuka mahasiswa, Jakarta ; Sinergi Persadatama Foundation, 2010.  
Yusuf Musa Nizam at hukfi al-halm. Ter. M. Thalib, Politik dan Negara dalam Islam, Yogyakarta : Pustaka LSI, 1981





[1] Hasil-hasil Kongres XXVI di Palembang tanggal 28 Juli s/d 5 Agustus 2008, (Jakarta ; Penerbit PB HMI) hal 28
[2] Prof. Dr. Bustanuddin Agus, M.A, Islam dan Pembangunan, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 47-48. 
[3] Ibid hal28
[4] Yusuf Musa Nizam at hukfi al-halm. Ter. M. Thalib, Politik dan Negara dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka LSI, 1981), hal 24.
[5] Abdul Wahab Khalaf, Politik Hukum Islam, Yogyakarta ; Tiara Wacana, 1994, hal. 19-25.
[6] M.Suyanto SMART in LEADERSHIP..2005. hal 102
[7] Kertasih Suherman, Manajemen Strategik Bagi Pengembangan Organisasi,……………2006.
[8] Hasil –Hasil Konggres XXVI di Palembang tanggal 28 juli s/d 5 Agustus 2008, (Jakarta ; Penerbit PB HMI), 2008.
[9] Solichin, Candradimuka mahasiswa, Jakarta ; Sinergi Persadatama Foundation, 2010, hal. 53-147.   
[10] Nurcholis Majid,1992 hal.302
[11] Drs Atang Abd. Hakim M.A Metedelogi study islam..2000 hal 212

Tidak ada komentar:

Posting Komentar