Dalam Islam para wanita sangat dihormati dan dihargai sederajat dengan kaum laki laki dalam berbagai aspek sosial kehidupannya,meskipun kelihatannya dikalangan umat Islam sendiri para wanita itu seakan akan menjadi makhluq yang selalu berada dibawa dominasi kaum pria.Hal tersebut terjadi karena Islam tidak lepas dari pengaruh unsur unsur budaya setempat yang sebelumnya sudah menganut sistem kekerabatan patrilineal .Padahal dalam ajaran Islam sangat jelas dikatakan,bahwa “yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa”,dan dikuatkan lagi oleh sabda Nabi Muhammad SAW ;”wanita itu tiang negara,jika wanita itu baik,maka baik pula negara,dan jika wanita itu rusak ,maka rusak pula negara “.Pada hadist yang lainnya Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa:”mencari ilmu pengetahuan merupakan kewajiban bagi muslimin( laki laki muslim)dan muslimat(wanita muslim)”.Oleh sebab itu dalam Islam para wanita diposisikan sejajar dengan pria.
Selanjutnya ,para wanita memiliki seperangkat hak dan kewajibannya yang berkaitan erat dengan peranan yang di embannya.Di dalam pelaksanaan ajaran agama sehari hari,Islam tidak membuat diskriminasi antara wanita dan pria.Keduanya dipandang sama ,yakni sama sama makhluq Allah SWT .Sebagai salah satu contoh sebagai berikut:Siapa saja hamba Allah,baik pria maupun wanita ,jika ia beriman dan beramal saleh akan mendapatkan pahala sesuai dengan iman dan amalnya.Sebaliknya,jika kafir dan berbuat mungkar,ia pun akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya(Q,9:67-68 dan 71-72,Q,33:35-36,Q,57:11-12).Dalam penetapan hukuman duniawi juga tidak ada perbedaan antara wanita dan pria,tetapi tetap sama dalam pandangan hukum karena hukum Islam tidak pandang bulu(Q,5:38-39 dan Q,24:2).Dalam konteks tersebut Nabi Muhammad SAW bersabda:”Seandainya putriku Fathimah mencuri niscaya akan aku potong tangannya”.
Sehubungan dengan itu terdapat suatu peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW sudah beberapa hari menderita sakit ,yakni beberapa hari sbelum beliau wafat tahun 632 Masehi .Nabi Muhammad SAW dengan ditemani para sahabatnya pergi menemui kaum muslimin yang sudah lama menantinya.Dalam keadaan sakit beliau semakin parah tersebut ,Nabi Muhammad SAW bersabda kepada kaum muslimin :”Siapa diantara kamu sekalian yang pernah saya sakiti “? Semua sahabat dan kaum muslimin yang sudah berkumpul didepan Rasulullah SAW tidak ada yang berkata sepatah katapun selain diam dan diam saja.Rasulullah SAW mengulang pertanyaan sampai tiga kali,”siapa diantara kalian yang pernah saya sakiti “? .Semuanya diam,bahkan kaum muslimin sangat prihatin saat melihat Rasulullah SAW dalam keadaan sakit.Akan tetapi tiba tiba diantara kerumunan kaum muslimin yang banyak diantaranya menangis tersebut terdengar suara bahwa:”Saya Ya Rasulullah yang pernah engkau sakiti ! ,sekarang saya hendak menuntut balas ,bagaimana pendapat mu” ?.Semua kaum muslimin waktu itu menoleh kearah suara tersebut,sembari menawarkan dirinya untuk diqishash sebagai ganti Rasulullah SAW.Namun Rasul Allah yang terakhir itu menolaknya,sambil bersabda:”Dengan apa saya sakiti engkau hai aqashah” ? ia menjawab , engau pukul aku dengan tongkat ya Rasulullah .Lalu Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya Abubakar as Shiddiq mengambil tongkat tersebut dirumah beliau.Maka dengan bergegas Abubakar as Shiddiq yang sahabat sekaligus mertua Rasulullah SAW itu pergi menemui Siti Aisyah dan segera minta diberikan tongkat Rasulullah SAW,dan segera dibawa ketempat dimana Rasulullah SAW bersama kaum muslimin menunggu dengan rasa cemas itu.Lalu tongkat tersebut diserahkan oleh Abubakar as Shiddiq kepada Rasulullah SAW.Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda:”Apakah benar dengan tongkat ini saya pukul engkau ?”.Aqasha menjawab:’Ya,ya Ra sululallah “.Kemudian Nabi Muhammad SAW melanjutkan sabdanya:”Silakan engkau balas setimpal dengan apa yang telah lakukan kepadamu”.Aqashah menajawab pula bahwa:”Ya Rasulallah ,ketika engkau pukul aku tidak memakai baju”.Rasulullah SAW membuka bajunya,namun sebelum beliau melakukannya Aqashah sudah memeluk Rasulullah SAW bersamaan menciumi tubuh Rasulullah SAW yang sempat tersingkap tersebut.Maka tuntaslah balasan qishash yang diminta oleh salah seorang muslim terhadap Nabi Muhammad SAW,serta para sahabat dan kaum muslimin berebutan menyalami Aqashah tersebut menyusul dikhabarkan oleh Rasulullah SAW,bahwa “Jika kamu semua ingin melihat penghuni syurga ,makalihatlah Aqashah”.
Kemudian dalam sejarah peradaban Islam banyak didapati para wanita menduduki posisi posisi puncak dalam berbagai kesultanan kesultanan muslim waktu itu,terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangannya .Bahkan dalam proses suksesinya tidak jarang para wanita justeru melanggar aturan aturan Islam itu sendiri.Tetapi wajar saja sebagai manusia ,yang telah jauh dari pada ajaran ajaran agama yang dianutnya.Mereka memang bukan khalifah Rasyidin yang sesungguhnya menjadi sumber rujukan umat Islam,sesuai dengan perintah Rasulullah SAW:”Turutilah perintahku,dan perintah perintah para khalifah rasyidin yang diberikan petunjuk sesudahku”. Tetapi para Sultanah yang akan kita bicarakan ini bukanlah termasuk dalam khalifah Rasyidin,sehingga tidak mengherankan jika para wanita penguasa tersebut berhasil meraih tahta kerajaan setelah melalui suatu tipu muslihat ,bahkan terdapat pula ada yang tega membinasakan suaminya untuk merebut kekuasaan.Tulisan ini tidak bermaksud apapun,selain menulis berdasarkan fakta fakta sejarah yang ada.Dan tulisan ini perlu dilihat dari sisi sisi politik waktu itu,yang melahirkan para penguasa wanita(Ratu=Sultanah=Khatun)yang perkasa dalam sejarah dunia muslim mulai dari Daulah Fathimiyahdi Mesir,Yaman,Mongol ,Maladewa,Aceh.
Para wanita wanita perkasa tersebut diataranya adalah Syajaratut Dhur yang menjadi penguasa kerajaan Mamalik di Mesir setelah suaminya ,Sultan Al Shalih Ayyub meninggal dunia .Ia merahasiakan kematian suaminya supaya moral pasukannya tetap tinggi dalam menghadapi pasukan salib pimpinan Raja Perancis,St .Louis yang sedang mengepung Mesir sejak tahun1259-1260 Masehi .Setelah proses suksesi berhasil dengan relatif baik melalui suatu kelicikan dan pembunuhan atas suami yang keduanya Sultan Izz Al Din Aibak 12 April 1257 ,maka Sultanah Syajaratu Dhur berhasil mengalahkan pasukan salib dan memenjarakan Raja Perancis tersebut.Namun kemudian ia bebaskan St.Louis sehingga selamat kembali kenegerinya ,sedangkan Sultanah Syajaratut Dhur mengalami nasib tragis dibunuh juga di Burj al Ahmar (Benteng Merah) pada tahun 1257 dan jenazahnya dilemparkan dari sebuah tebing.Demikianlah nasib yang dialami oleh Syajaratut Dhur ,seorang wanita yang berkuasa dengan cara cara yang seharusnya tidak boleh dilaakuan oleh orang orang yang sudah mengaku beragama islam.Tapi itu jika seseorang sudah dirasuki oleh ambisi kekuasaan duniawi,maka segalanya dilakukan meskipun harus membunuh suaminya untuk merebut kekuasaan.Akhirnya ia sendiri juga mengalami nasib serupa dibunih oleh para bawahannya.
Kemudian masih terdapat wanita wanita perasa lainnya seperti Sultanah Radhiyah putri Sultan Illtutmisy,salah seorang penguasa Mongol di India.Radhyyah merebut kekuasaan melalui serangkaian siasat yang hanya bisa dilakukan oleh putri mongol tersebut,serta ia mengeksekusi mati Sultan Rukn Al Din sebagai qishas terhadap pembunuhan saudara tirinya.Tetapi Radhyyah juga mengalami nasib tragis ,karena ia kalah dalam suatu pertempuran lalu ia mendatang seorang petani untuk minta bantuan makanan karena Radhyyah yang berpakaian seperti pria tersebut sudah kelaparan,tetapi kemudian ia tertidur dengan pulas karena kecapaian.Kesempatan tersebut digunakan oleh petani tersebut untuk membinasakannya,serta seluruh harta benda yang menghiasai tubuh Ratu Mongol tersebut dijarah oleh petani itu,yang selanjutnyaia tertanggkap dipasar saat menjual barang barang berharga tersebut.
Dalam jajaran para penguasa Mongol di Timur Tengah juga banyak terdapat wanita wanita perkasa yang menguasai posisi puncak dalam hirarchi politik kerajaan Mongol waktu itu.Terutama para Khatun Khatun Mongol yang berkuasa di Iran,seperti Padisyah Khatun ,Absy Khatun,Dawlat Khatun,dan para penguasa di negeri Yaman seperti Ratu Asma,Arwah yang lama berkuasa di Yaman.Di kepulauan Maladewa juga tidak bisa dianggap enteng terhadap para wanita yang berkuasa di kepulauan di Samudera Hindia tersebut,seperti Sultanah Khadijah,putri Sultan Shalah Al Din Shalih Albenjali.Setelah Sultanah Khadijah meninggal setelah memerintah selama 33 tahun digantikan oleh Sultanah Myriam,lalu tahun 1383 dilanjutkan oleh putrinya Sultanah Fathimah.Karena itu kaum muslimin di Maladewa sekitar 40 tahun justru diperintahi oleh para Sultanah tersebut.Selanjutnya di daerah Aceh Darussalam juga pernah didominasi oleh para wanita sejak tahun 1641 sampai 1699 Masehi,jang secara berurutan sebagai berikut:Sultanah Tajul Al Alam Safiyyatu Al Din Syah (1641-1475),Sultanah Nur Al Alam Naqiyyat Al Din Syah(1675-1678),Sultanah Inayat Syah Zakiyyat Al Din Syah(1678-1688),dan Sultanah Keumalat Syah(1688-1699).Jadi daerah Aceh dikuasai oleh para wanita selama 58 tahun,padahal para wanita perkasa tersebut harus mengahadapi berbagai ancaman bangsa bangsa Eropa yang hendak menguasai kawasan tersebut.Bahkan mereka sering memimpin pasukan melawan invasi Portugis yang sudah menguasai Malaka sejak tahun 1511 ,dan juga Belanda dan Inggris.Kcuali itu masih terdapat para wanita Aceh lainnya yang meminpin pasukan melawan Portugis ,Belanda.Terutama Laksamana Keumala Hayati,Cut Nyak Dhien,Cut Nyak Meutia,Cut Meurah Biheu dan lain sebagainya.Oleh sebab itu dalam sejarah Islam sudah belasan abad yang lalu sudah terdapat banyak wanita yang sejajar dengan prianya dalam berbagai hal,karena memang sesungguhnya Islam tidak membedakan antara wanita dan pria .Dan jika di Indonesia masih terdapat anggapan bahwa para wanita lebih rendah dari pria,itu merupakan suatu hal yang wajar karena memang Indonesia ini bukanlah negara Islam sehingga undang undangnya bukan didasarkan atas ajaran Islam.Kalau ajaran Islam sesuai dengan apa yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW bisa dipastikan bahwa wanita itu sejajar dengan pria .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar