Kamis, 27 Februari 2014

Dalam Islam para wanita sangat dihormati dan dihargai sederajat dengan kaum laki laki  dalam berbagai aspek sosial kehidupannya,meskipun kelihatannya dikalangan umat Islam sendiri para wanita itu seakan akan menjadi makhluq yang selalu berada  dibawa dominasi kaum pria.Hal tersebut terjadi  karena Islam tidak lepas dari pengaruh unsur unsur budaya setempat yang  sebelumnya sudah  menganut  sistem kekerabatan patrilineal .Padahal dalam ajaran Islam sangat jelas dikatakan,bahwa “yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa”,dan dikuatkan   lagi oleh sabda Nabi Muhammad SAW ;”wanita  itu tiang negara,jika wanita itu baik,maka baik pula negara,dan jika wanita itu rusak ,maka rusak  pula negara “.Pada hadist yang  lainnya Nabi Muhammad  SAW  bersabda bahwa:”mencari  ilmu pengetahuan merupakan  kewajiban bagi muslimin( laki laki muslim)dan muslimat(wanita muslim)”.Oleh sebab itu  dalam Islam para wanita diposisikan sejajar dengan pria.
Selanjutnya  ,para wanita memiliki seperangkat hak dan kewajibannya yang berkaitan erat dengan peranan yang di embannya.Di dalam pelaksanaan ajaran agama sehari hari,Islam tidak membuat diskriminasi antara wanita dan pria.Keduanya  dipandang sama ,yakni sama sama makhluq Allah SWT .Sebagai salah satu contoh sebagai berikut:Siapa saja hamba Allah,baik pria maupun wanita ,jika ia beriman dan beramal saleh akan mendapatkan    pahala sesuai dengan iman dan amalnya.Sebaliknya,jika  kafir dan berbuat mungkar,ia pun akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya(Q,9:67-68  dan 71-72,Q,33:35-36,Q,57:11-12).Dalam penetapan hukuman duniawi juga tidak ada perbedaan antara wanita  dan pria,tetapi tetap  sama dalam pandangan hukum  karena hukum Islam tidak  pandang bulu(Q,5:38-39 dan Q,24:2).Dalam konteks tersebut  Nabi Muhammad SAW    bersabda:”Seandainya putriku Fathimah  mencuri niscaya akan aku potong tangannya”.
Sehubungan dengan itu  terdapat suatu peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW  sudah beberapa hari menderita  sakit ,yakni beberapa  hari sbelum beliau wafat tahun 632 Masehi  .Nabi Muhammad SAW  dengan ditemani para sahabatnya pergi  menemui kaum muslimin yang sudah lama menantinya.Dalam keadaan sakit beliau semakin parah tersebut ,Nabi Muhammad SAW  bersabda kepada kaum muslimin :”Siapa diantara kamu sekalian yang pernah saya sakiti “? Semua sahabat dan kaum muslimin yang sudah berkumpul didepan Rasulullah SAW  tidak ada yang  berkata sepatah katapun selain diam  dan diam saja.Rasulullah SAW  mengulang pertanyaan sampai tiga kali,”siapa diantara kalian yang pernah saya sakiti “? .Semuanya diam,bahkan kaum muslimin sangat prihatin saat melihat  Rasulullah SAW  dalam keadaan sakit.Akan tetapi tiba tiba diantara kerumunan kaum muslimin yang banyak diantaranya menangis tersebut terdengar suara bahwa:”Saya Ya Rasulullah yang pernah engkau sakiti ! ,sekarang saya hendak menuntut balas ,bagaimana pendapat mu” ?.Semua kaum muslimin waktu itu menoleh kearah suara tersebut,sembari menawarkan dirinya  untuk diqishash sebagai ganti Rasulullah SAW.Namun Rasul   Allah  yang terakhir itu  menolaknya,sambil bersabda:”Dengan apa saya sakiti engkau hai aqashah” ? ia menjawab , engau pukul aku dengan tongkat  ya Rasulullah .Lalu Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya Abubakar as Shiddiq  mengambil tongkat tersebut dirumah beliau.Maka dengan bergegas Abubakar  as Shiddiq yang sahabat sekaligus mertua Rasulullah SAW itu pergi menemui Siti Aisyah dan segera minta diberikan tongkat Rasulullah SAW,dan   segera dibawa ketempat dimana Rasulullah SAW bersama kaum muslimin menunggu dengan rasa cemas itu.Lalu  tongkat tersebut diserahkan oleh Abubakar  as Shiddiq kepada Rasulullah SAW.Kemudian Nabi Muhammad SAW   bersabda:”Apakah  benar dengan tongkat ini saya pukul engkau ?”.Aqasha menjawab:’Ya,ya Ra  sululallah “.Kemudian Nabi Muhammad SAW  melanjutkan sabdanya:”Silakan engkau  balas setimpal dengan apa  yang telah lakukan kepadamu”.Aqashah menajawab pula bahwa:”Ya Rasulallah ,ketika engkau pukul aku tidak  memakai baju”.Rasulullah SAW  membuka bajunya,namun sebelum beliau melakukannya Aqashah sudah memeluk Rasulullah SAW bersamaan menciumi tubuh Rasulullah SAW  yang sempat tersingkap tersebut.Maka tuntaslah balasan qishash yang diminta oleh salah seorang muslim terhadap Nabi Muhammad SAW,serta para sahabat dan kaum muslimin berebutan menyalami Aqashah tersebut menyusul dikhabarkan oleh Rasulullah SAW,bahwa  “Jika kamu semua ingin melihat penghuni syurga ,makalihatlah  Aqashah”.
Kemudian  dalam sejarah peradaban Islam banyak  didapati para wanita menduduki posisi posisi puncak dalam berbagai kesultanan kesultanan muslim waktu itu,terlepas  dari berbagai kelebihan dan kekurangannya .Bahkan  dalam proses suksesinya tidak jarang para wanita justeru melanggar aturan aturan Islam itu sendiri.Tetapi wajar saja sebagai manusia ,yang telah jauh dari pada ajaran ajaran agama yang dianutnya.Mereka memang bukan khalifah Rasyidin  yang sesungguhnya  menjadi sumber rujukan umat Islam,sesuai dengan  perintah Rasulullah   SAW:”Turutilah perintahku,dan perintah perintah para khalifah rasyidin yang diberikan petunjuk sesudahku”.   Tetapi  para Sultanah yang akan kita bicarakan ini bukanlah termasuk dalam khalifah Rasyidin,sehingga tidak mengherankan jika para wanita penguasa tersebut berhasil meraih tahta kerajaan setelah melalui suatu tipu muslihat ,bahkan terdapat pula ada yang tega membinasakan suaminya untuk merebut kekuasaan.Tulisan ini tidak bermaksud apapun,selain menulis berdasarkan fakta fakta sejarah yang ada.Dan tulisan ini perlu dilihat dari sisi sisi politik waktu itu,yang melahirkan para penguasa wanita(Ratu=Sultanah=Khatun)yang perkasa dalam sejarah dunia muslim mulai dari Daulah Fathimiyahdi Mesir,Yaman,Mongol  ,Maladewa,Aceh.
Para wanita wanita perkasa tersebut diataranya adalah Syajaratut Dhur yang menjadi penguasa kerajaan Mamalik di Mesir setelah suaminya ,Sultan Al Shalih Ayyub meninggal dunia .Ia merahasiakan kematian suaminya supaya moral pasukannya tetap tinggi dalam menghadapi pasukan salib pimpinan Raja Perancis,St .Louis yang sedang     mengepung  Mesir sejak tahun1259-1260 Masehi .Setelah proses suksesi berhasil dengan relatif baik melalui suatu kelicikan dan pembunuhan atas suami  yang keduanya  Sultan Izz  Al Din Aibak 12 April 1257 ,maka Sultanah  Syajaratu Dhur berhasil  mengalahkan pasukan salib  dan memenjarakan Raja Perancis tersebut.Namun kemudian ia bebaskan  St.Louis sehingga selamat kembali kenegerinya ,sedangkan Sultanah Syajaratut Dhur  mengalami nasib tragis  dibunuh juga di Burj al Ahmar (Benteng Merah)  pada tahun 1257  dan jenazahnya dilemparkan dari sebuah tebing.Demikianlah nasib yang dialami oleh Syajaratut Dhur ,seorang wanita yang berkuasa dengan  cara cara yang seharusnya tidak boleh dilaakuan oleh orang orang yang sudah mengaku beragama islam.Tapi itu jika seseorang sudah dirasuki oleh ambisi kekuasaan duniawi,maka segalanya dilakukan meskipun harus membunuh suaminya untuk merebut kekuasaan.Akhirnya ia sendiri juga mengalami nasib serupa  dibunih oleh para bawahannya.
Kemudian masih terdapat wanita wanita perasa lainnya  seperti Sultanah Radhiyah  putri Sultan Illtutmisy,salah  seorang penguasa Mongol di India.Radhyyah merebut kekuasaan melalui serangkaian siasat yang hanya bisa dilakukan oleh putri mongol tersebut,serta ia mengeksekusi mati Sultan Rukn Al Din  sebagai qishas terhadap pembunuhan saudara tirinya.Tetapi Radhyyah juga mengalami nasib tragis ,karena ia kalah dalam suatu pertempuran lalu ia mendatang seorang petani untuk minta bantuan makanan karena Radhyyah yang berpakaian seperti pria tersebut sudah kelaparan,tetapi kemudian ia tertidur dengan pulas karena kecapaian.Kesempatan tersebut digunakan oleh petani tersebut untuk membinasakannya,serta seluruh harta benda yang menghiasai tubuh Ratu Mongol tersebut dijarah oleh petani itu,yang selanjutnyaia tertanggkap dipasar saat menjual barang  barang berharga tersebut.
Dalam jajaran para penguasa Mongol  di Timur Tengah juga banyak terdapat wanita wanita perkasa yang menguasai posisi puncak dalam hirarchi politik  kerajaan Mongol waktu itu.Terutama para Khatun Khatun Mongol yang berkuasa di Iran,seperti Padisyah Khatun ,Absy Khatun,Dawlat Khatun,dan para penguasa di negeri Yaman  seperti  Ratu Asma,Arwah  yang lama berkuasa di Yaman.Di kepulauan Maladewa juga tidak bisa dianggap enteng terhadap para  wanita yang berkuasa di kepulauan di Samudera Hindia tersebut,seperti Sultanah  Khadijah,putri Sultan Shalah Al Din Shalih Albenjali.Setelah Sultanah Khadijah meninggal  setelah  memerintah selama 33 tahun  digantikan oleh Sultanah Myriam,lalu tahun 1383  dilanjutkan oleh putrinya Sultanah  Fathimah.Karena itu kaum muslimin di Maladewa sekitar 40 tahun justru diperintahi oleh para Sultanah tersebut.Selanjutnya  di daerah Aceh Darussalam juga pernah didominasi oleh para wanita sejak tahun 1641 sampai 1699 Masehi,jang secara berurutan sebagai berikut:Sultanah Tajul  Al Alam Safiyyatu Al Din  Syah (1641-1475),Sultanah Nur Al  Alam Naqiyyat Al Din Syah(1675-1678),Sultanah Inayat Syah Zakiyyat Al Din  Syah(1678-1688),dan Sultanah Keumalat Syah(1688-1699).Jadi daerah Aceh dikuasai oleh para wanita selama 58 tahun,padahal para wanita perkasa tersebut harus mengahadapi berbagai ancaman bangsa bangsa Eropa yang hendak menguasai kawasan tersebut.Bahkan mereka sering memimpin pasukan melawan invasi Portugis yang sudah menguasai Malaka  sejak tahun 1511 ,dan juga Belanda dan Inggris.Kcuali itu masih terdapat para  wanita Aceh lainnya yang meminpin pasukan melawan  Portugis ,Belanda.Terutama  Laksamana Keumala Hayati,Cut Nyak Dhien,Cut Nyak Meutia,Cut Meurah Biheu  dan lain sebagainya.Oleh sebab itu  dalam sejarah Islam sudah belasan abad yang lalu sudah terdapat banyak wanita yang sejajar dengan prianya dalam berbagai hal,karena memang sesungguhnya Islam tidak membedakan antara wanita dan pria .Dan jika di Indonesia masih terdapat  anggapan bahwa  para wanita lebih rendah dari pria,itu merupakan suatu hal yang wajar karena memang Indonesia ini bukanlah negara Islam sehingga undang undangnya bukan didasarkan atas ajaran Islam.Kalau  ajaran Islam  sesuai dengan  apa yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW  bisa dipastikan bahwa wanita itu sejajar dengan pria .